ADAB DAN ETIKA KETIKA MAKAN

www.gurukitaa.my.id - Makan adalah aktivitas yang sederhana namun sarat dengan nilai adab dan kebijaksanaan. Dalam Islam, adab makan tidak sekadar tindakan fisik, melainkan refleksi dari keimanan dan kedekatan seseorang dengan Allah. Hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ memberikan panduan yang sangat berharga tentang bagaimana seharusnya kita bersikap saat menikmati rezeki yang diberikan oleh-Nya.

1. Mengingat Allah dalam Setiap Langkah

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jābir bin Abdullah -raḍiyallāhu 'anhumā-, Nabi ﷺ bersabda:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رضي الله عنهما أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ، وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ، فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ، وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ». [صحيح] - [رواه مسلم] - [صحيح مسلم: 2018]

Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, setan berkata kepada teman-temannya, 'Tidak ada tempat bermalam dan makan malam bagi kalian.' Jika dia masuk tanpa menyebut nama Allah ketika masuk, setan berkata, 'Kalian telah menemukan tempat bermalam.' Jika dia tidak menyebut nama Allah ketika makan, setan berkata, 'Kalian telah menemukan tempat bermalam dan makan malam. (Hadits shahih - Diriwayatkan oleh Muslim)

Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu mengingat Allah dalam setiap langkah, termasuk ketika masuk ke rumah dan mulai makan. Dengan menyebut nama Allah, kita bukan hanya mendapatkan keberkahan, tetapi juga mengusir setan dari kehidupan kita. Betapa indahnya, ketika setiap suapan makanan yang kita nikmati menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

2. Menghabiskan Makanan Karena Keberkahan dalam Setiap Suapan

Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- juga memerintahkan untuk menjilati jari-jari dan piring, dan bersabda:

عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما ، أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم أمر بَلَعْقِ الأصابع والصَّحْفَةِ، وقال: «إنَّكم لا تدرون في أَيِّهَا البركة». وفي رواية: «إذا وقعت لُقْمَةُ أحدكم فليأخذها، فَلْيُمِطْ ما كان بها من أذى، وليأكلها ولا يدعها للشيطان، ولا يمسح يده بالمِنْدِيلِ حتى يَلْعَقَ أصابعه فإنه لا يدري في أَيِّ طعامه البركة». وفي رواية: «إن الشيطان يحضر أحدكم عند كل شيء من شأنه، حتى يحضره عند طعامه، فإذا سقطت من أحدكم اللُّقْمَةُ فَلْيُمِطْ ما كان بها من أذى، فليأكلها ولا يدعها للشيطان».  [صحيح] - [رواه مسلم]

Sesungguhnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan untuk menjilati jari-jari dan piring, dan beliau bersabda, "Sesungguhnya kalian tidak tahu bagian makanan yang manakah terdapat keberkahannya." Dalam satu riwayat, "Apabila terjatuh satu suapan salah seorang di antara kalian, maka ambil dan bersihkan kotorannya, lalu makanlah! Jangan biarkan suapan itu untuk setan dan janganlah ia mengelap tangannya dengan sapu tangan sampai ia menjilati jari-jarinya karena ia tidak tahu di bagian makanan yang manakah terdapat keberkahan." Dalam satu riwayat, "Sesungguhnya setan ikut hadir bersama salah seorang di antara kalian di setiap urusannya, sampai ia pun hadir bersamanya saat makan. Jika terjatuh satu suapan salah seorang di antara kalian, hendaklah ia mengambilnya, bersihkanlah kotorannya, kemudian makanlah dan jangan biarkan suapan itu untuk setan." (Hadits shahih - Diriwayatkan oleh Muslim)

Betapa pentingnya menghargai setiap butir makanan yang ada di piring kita. Setiap suapan, sekecil apapun, bisa jadi mengandung keberkahan yang luar biasa. Dengan menjilati jari-jari dan membersihkan piring, kita menunjukkan rasa syukur dan penghargaan atas nikmat yang diberikan Allah. Tidak ada yang terbuang sia-sia, karena setiap rumah memiliki nilainya tersendiri.

3. Adab Saat Makan Membaca Basmalah, Menggunakan tangan kanan, Mengambil yang terdekat.

عن عُمر بن أبي سلمة رضي الله عنه قال: كُنْتُ غُلَامًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا غُلَامُ، سَمِّ اللهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ» فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ.  [صحيح] - [متفق عليه] - [صحيح البخاري: 5376]

Umar bin Abi Salamah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Sewaktu kecil aku berada dalam asuhan Rasulullah ﷺ. Pernah tanganku ke sana ke mari (saat mengambil makanan) di nampan, lalu Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku, 'Nak, ucapkanlah bismillāh, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang ada di dekatmu!' Maka hal itu senantiasa menjadi cara makanku setelah itu."  (Hadits shahih - Muttafaq 'alaih)

Adab sederhana ini mengajarkan kita untuk memulai setiap makan dengan menyebut nama Allah, menggunakan tangan kanan, dan mengambil makanan yang ada di dekat kita. Tindakan ini menunjukkan kesederhanaan, kedisiplinan, dan penghormatan terhadap makanan yang ada. Dengan mengikuti ajaran ini, kita diajarkan untuk selalu bersyukur dan tidak serakah.

4. Tidak Meniup atau Bernafas dalam Bejana

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: «نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم أنْ يُتَنَفَّسَ في الإناء، أو يُنْفَخَ فيه».  [صحيح] - [رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وأحمد والدارمي]

Dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang bernafas di dalam wadah air (bejana) atau meniupnya."  (Hadits shahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah)

Hadits ini mengajarkan kita tentang kebersihan dan etika saat minum. Bernapas atau meniup dalam wadah air bisa menyebarkan kotoran dan penyakit. Dengan menjaga kebersihan dan etika ini, kita tidak hanya menjaga diri sendiri, tetapi juga orang lain yang mungkin menggunakan wadah yang sama.

Menutup dengan Doa dan Rasa Syukur

Akhir dari setiap makan seharusnya ditutup dengan doa dan rasa syukur. Mengucapkan hamdalah sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan. Dengan demikian, kita menutup siklus makan dengan keberkahan dan rasa syukur, menciptakan harmoni dalam kehidupan sehari-hari.

عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

dari Sahl bin Mu'adz bin Anas Al Juhani dari Ayahnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa makan makanan kemudian mengucapkan 'Segala puji bagi Allah, yang telah memberiku makanan ini dan memberiku rizki ini dengan tidak ada daya dan kekuatan dariku'. Maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Hadits Sunan Ibnu Majah No. 3276 - Kitab Makanan)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

dari Anas bin Malik dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya Allah Ta'ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) sesudah makan dan minum."  (Hadits Shahih Muslim No. 4915 - Kitab Dzikir, doa, taubat dan istighfar)

Makan bukan sekadar memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat hubungan sosial, dan menanamkan nilai-nilai adab yang luhur. Melalui hadits-hadits Nabi ﷺ, kita belajar bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, memiliki makna dan keberkahannya tersendiri. Mari kita hargai setiap suapan, setiap tegukan, dan setiap momen makan dengan penuh kesadaran dan syukur kepada Sang Pencipta.

berikut ini doa-doa yang didapat diamalkan ketika setelah makan :

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَعَ مَائِدَتَهُ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Tsaur dari Khalid dari Abu Umamah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika mengangkat lambungnya (selesai makan), beliau membaca: 'ALHAMDULILLAHI KATSIIRAN THAYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI GHAIRA MAKFIYYIN WALAA MUWADDA'IN WA LAA MUSTAGHNAN 'ANHU RABBANAA (Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik dan yang mengandung keberkahan di dalamnya, bukan pujian yang tidak dianggap dan tidak dibutuhkan oleh Tuhan) (Hadits Shahih Al-Bukhari No. 5037 - Kitab Makanan)

5. Tidak Mencela Makanan

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] Telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Al A'masy] dari [Abu Hazim] dari [Abu Hurairah] ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sekali pun. Bila beliau berselera, maka beliau memakannya dan bila tak suka, maka beliau meninggalkannya. (Hadits Shahih Al-Bukhari No. 4989 - Kitab Makanan)

Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu menghargai makanan. Rasulullah ﷺ tidak pernah mencela makanan apa pun. Jika beliau menyukai makanan tersebut, beliau akan memakannya. Jika tidak, beliau akan meninggalkannya tanpa mencelanya. Ini adalah contoh adab yang baik, menunjukkan rasa syukur dan penghormatan terhadap rezeki yang Allah berikan.

6. Tidak Makan Sambil Berdiri

عن أنسٍ رضي الله عنه عن النبيِّ صلى الله عليه وسلم : أَنَّهُ نَهَى أَنْ يَشْرَبَ الرجلُ قَائِمًا. قال قَتَادَةُ: فقلنا لأنسٍ: فالأَكْلُ؟ قال: ذلك أَشَرُّ - أو أَخْبَثُ. وفي رواية: أَنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم زَجَرَ عن الشُّرْبِ قائمًا. عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: «لَا يَشْرَبَنَّ أَحَدٌ منكم قَائِمًا، فمن نَسِيَ فَلْيَسْتَقِئْ».  [صحيح] - [حديث أنس رضي الله عنه: رواه مسلم. حديث أبي هريرة رضي الله عنه: رواه مسلم]

Dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, bahwa beliau melarang seseorang minum sambil berdiri. Qatādah berkata, "Lalu kami berkata kepada Anas, Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?" Dia menjawab, "Hal itu lebih ‎buruk – atau lebih menjijikkan. Dalam sebuah riwayat, bahwasanya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang minum sambil berdiri. Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū' : “Janganlah sekali-‎kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Siapa yang lupa maka hendaknya dia memuntahkannya!”  (Hadits shahih - Diriwayatkan oleh Muslim dengan dua riwayatnya)

Posting Komentar

0 Komentar