Keteladanan Iman dan Ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Al-Qur'an

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

www.gurukitaa.my.id - Dalam kehidupan seorang Muslim, kisah-kisah Para Nabi menjadi teladan yang kaya akan hikmah. Salah satu kisah yang penuh dengan pelajaran iman dan ketaatan adalah kisah Nabi Ibrahim As dan Ismail As, yang diabadikan dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Berikut ini adalah uraian beberapa ayat yang menggambarkan kisah inspiratif tersebut.

QS. Al-Baqarah (2): 124-125

Ayat 124:

وَإِذْ بَلَوْنَا إِبْرَاهِيمَ بِكَلِمَاتٍ فَأَنْجَزَهَا قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ إِمَامًا لِلنَّاسِ قَالَ أَوَمِنْ مِنْ وَلَدِي قَالَ لَا إِنَّ عَهْدِي لَا يَعْمَلُ الظَّالِمِينَ

Artinya:

"Dan (ingatlah), ketika Kami menguji Ibrahim dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, "Dan (juga) dari anak cucuku?" Allah berfirman, "(Benar, tetapi) janjiKu tidak berlaku bagi orang-orang zalim."

Ayat 125:

وَجَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمَنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلَّى وَأَوْصَيْنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِي لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِينَ وَالسَّاجِدِينَ

Artinya:

"Dan Kami jadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, "Bersihkanlah rumahKu untuk orang-orang yang tawaf, orang yang i'tikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!"

Ayat ini menjelaskan tentang ujian besar yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim, yaitu perintah untuk menyembelih putranya, Ismail. Nabi Ibrahim menunjukkan ketaatan luar biasa dengan siap melaksanakan perintah tersebut tanpa ragu. Kisah ini menggambarkan pengorbanan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah SWT.

QS. Ash-Shaffat (37): 100-107

Ayat 100:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ

Artinya:

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh."

Ayat 101:

فَبَشَّرْنَـٰهُ بِغُلَـٰمٍ حَلِيمٍۢ

Artinya:

"Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang sangat sabar (Ismail)."

Ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

Artinya:

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

'Ayat 103:

فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ

Artinya:

"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk melaksanakan perintah Allah)."

Ayat 104:

وَنَـٰدَيْنَـٰهُ أَن يَـٰٓإِبْرَٰهِيمُ

Artinya:

"Dan Kami panggillah dia: 'Hai Ibrahim.'"

Ayat 105:

قَدْ صَدَّقْتَ ٱلرُّءْيَآ ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya:

"Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."

Ayat 106:

إِنَّ هَـٰذَا لَهُوَ ٱلْبَلَـٰٓؤُا۟ ٱلْمُبِينُ

Artinya:

"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata."

Ayat 107:

وَفَدَيْنَـٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍۢ

Artinya:

"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."

Dalam ayat ini, mimpi Nabi Ibrahim tentang penyembelihan Ismail menjadi sorotan utama. Dialog antara ayah dan anak ini menunjukkan keteguhan iman keduanya. Ismail, meskipun masih muda, dengan ikhlas menerima perintah Allah. Pada akhirnya, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor domba, yang menjadi dasar bagi ibadah qurban dalam Islam.

QS. Al-An'am (6): 78-83

Ayat 78:

فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمْسَ بَازِغَةًۭ قَالَ هَـٰذَا رَبِّى هَـٰذَآ أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يَـٰقَوْمِ إِنِّى بَرِىٓءٌۭ مِّمَّا تُشْرِكُونَ

Artinya:

"Maka ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, 'Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.' Maka ketika matahari itu terbenam, dia berkata, 'Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).'"

Ayat 79:

إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًۭا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Artinya:

"Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."

Ayat 80:

وَحَاجَّهُۥ قَوْمُهُۥ ۚ قَالَ أَتُحَـٰٓجُّوٓنِّى فِى ٱللَّهِ وَقَدْ هَدَىٰنِ ۚ وَلَآ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِۦٓ إِلَّآ أَن يَشَآءَ رَبِّى شَيْـًۭٔا ۗ وَسِعَ رَبِّى كُلَّ شَىْءٍ عِلْمًا ۗ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ

Artinya:

"Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata, 'Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada apa yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali jika Tuhanku menghendaki sesuatu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran?'"

Ayat 81:

وَكَيْفَ أَخَافُ مَآ أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُم بِٱللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ عَلَيْكُمْ سُلْطَـٰنًۭا ۚ فَأَىُّ ٱلْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِٱلْأَمْنِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya:

"Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu kepadamu? Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"

Ayat 82:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

Artinya:

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Ayat 83:

وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ ءَاتَيْنَـٰهَآ إِبْرَٰهِيمَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَـٰتٍۢ مَّن نَّشَآءُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌۭ

Artinya:

"Itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui."

Ayat ini menyoroti ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menegakkan tauhid di muka bumi. Mereka berdua senantiasa berdoa dan berusaha untuk menyebarkan ajaran tauhid, menolak segala bentuk kemusyrikan, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Keteladanan ini menunjukkan pentingnya kesetiaan pada ajaran tauhid dalam kehidupan seorang Muslim.

QS. Al-'Ankabut (29): 27

وَوَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَـٰقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِى ذُرِّيَّتِهِ ٱلنُّبُوَّةَ وَٱلْكِتَـٰبَ وَءَاتَيْنَـٰهُ أَجْرَهُۥ فِى ٱلدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ

Artinya:

"Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasan di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh."

Di sini, Allah SWT mengungkapkan rasa syukur Nabi Ibrahim atas karunia putra yang saleh seperti Ismail. Ayat ini mengajarkan pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, termasuk nikmat berupa keturunan yang beriman dan taat.

QS. Ibrahim (14): 35-41

Ayat 35:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِـۧمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَـٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًۭا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

Artinya:

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: 'Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.'"

Ayat 36:

رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلنَّاسِ ۖ فَمَن تَبِعَنِى فَإِنَّهُۥ مِنِّى وَمَنْ عَصَانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ

Artinya:

"Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia; maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai ku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ayat 37:

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةًۭ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Artinya:

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahMu (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."

Ayat 38:

رَبَّنَآ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِى وَمَا نُعْلِنُ ۗ وَمَا يَخْفَىٰ عَلَى ٱللَّهِ مِن شَىْءٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِى ٱلسَّمَآءِ

Artinya:

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit."

Ayat 39:

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى وَهَبَ لِى عَلَى ٱلْكِبَرِ إِسْمَـٰعِيلَ وَإِسْحَـٰقَ ۚ إِنَّ رَبِّى لَسَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ

Artinya:

"Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan kepadaku di hari tua Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa."

Ayat 40:

رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ

Artinya:

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku."

Ayat 41:

رَبَّنَا ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ ٱلْحِسَابُ

Artinya:

"Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan semua orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)."

Ayat-ayat ini menggambarkan doa Nabi Ibrahim dan Siti Hajar yang memohon keturunan yang saleh dan bertakwa. Allah SWT mengabulkan doa mereka dengan kelahiran Ismail. Doa ini menunjukkan betapa pentingnya memohon kepada Allah SWT untuk diberikan keturunan yang akan meneruskan perjuangan dalam menegakkan ajaran Islam.

Kesimpulan

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Al-Qur'an bukan hanya sekadar cerita sejarah, tetapi juga sarat dengan pelajaran tentang ketaatan, kesabaran, dan keteguhan iman. Keteladanan mereka dalam menghadapi ujian dari Allah SWT memberikan inspirasi bagi kita semua untuk tetap teguh dalam keimanan dan selalu berserah diri kepada-Nya. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Posting Komentar

0 Komentar