RANGKUMAN MATERI PAI XII BAB 7 ILMU KALAM

 

Tadarus Al Qur'an

(Surat Al-Baqarah Ayat 75)

أَفَتَطْمَعُونَ أَن يُؤْمِنُوا۟ لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُۥ مِنۢ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Arab-Latin: A fa taṭma'ụna ay yu`minụ lakum wa qad kāna farīqum min-hum yasma'ụna kalāmallāhi ṡumma yuḥarrifụnahụ mim ba'di mā 'aqalụhu wa hum ya'lamụn

Artinya: Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?.

(Surat Al-Baqarah Ayat 253)

 تِلْكَ ٱلرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ ٱللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَٰتٍ ۚ وَءَاتَيْنَا عِيسَى ٱبْنَ مَرْيَمَ ٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَيَّدْنَٰهُ بِرُوحِ ٱلْقُدُسِ ۗ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا ٱقْتَتَلَ ٱلَّذِينَ مِنۢ بَعْدِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ وَلَٰكِنِ ٱخْتَلَفُوا۟ فَمِنْهُم مَّنْ ءَامَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا ٱقْتَتَلُوا۟ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

Arab-Latin: Tilkar-rusulu faḍḍalnā ba'ḍahum 'alā ba'ḍ, min-hum mang kallamallāhu wa rafa'a ba'ḍahum darajāt, wa ātainā 'īsabna maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birụḥil-qudus, walau syā`allāhu maqtatalallażīna mim ba'dihim mim ba'di mā jā`at-humul-bayyinātu wa lākinikhtalafụ fa min-hum man āmana wa min-hum mang kafar, walau syā`allāhu maqtatalụ, wa lākinnallāha yaf'alu mā yurīd

Artinya: Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.

(Surat An-Nisa Ayat 164)

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

Arab-Latin: Wa rusulang qad qaṣaṣnāhum 'alaika ming qablu wa rusulal lam naqṣuṣ-hum 'alaīk, wa kallamallāhu mụsā taklīmā

Artinya: Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.

Pengertian Ilmu Kalam

Istilah ilmu kalam terdiri dari dua kata ilmu dan kalam
  1. Kata ilmu kalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung arti pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu. 
  2. Adapun kata kalam berasal dari bahasa Arab yang berarti katakata, pembicaraan. Dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dan menggunakan logika. Maka ciri utama iImu kalam adalah rasionalitas dan logis. Sehingga ilmu kalam sangat erat hubungannya dengan ilmu mantiq/ logika. Istilah lain dari ilmu kalam adalah theologi Islam.
  3. Ilmu kalam secara etimologi (bahasa) adalah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan keagamaan (agama Islam) dengan bukti yang meyakinkan.
  4. Ilmu kalam secara terminology adalah suatu ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argument logika dan filsafat, di sebut juga dengan ilmu tauhid.
Perkataan Ulama' tentang pengertian Ilmu Kalam : 

Syekh Muhammad Abduh:
  1. Ilmu kalam membahas wujud Allah, sifat-sifat wajib dan jaiz bagi-Nya.
  2. Juga membahas rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya.
  3. Memperhatikan hal-hal wajib dan jaiz pada diri rasul, serta hal-hal terlarang.
Al-Farabi:
  1. Ilmu kalam membahas dzat dan sifat Allah, serta eksistensi yang mungkin.
  2. Fokus pada masalah setelah kematian dengan landasan doktrin Islam.
  3. Tujuannya adalah menghasilkan ilmu ketuhanan secara filosofis.
Ibnu Khaldun:
  1. Ilmu kalam adalah disiplin ilmu dengan argumentasi tentang akidah imani.
  2. Diperkuat oleh dalil-dalil rasional.
Musthafa Abdul Raziq:
  1. Ilmu kalam bersandar pada argumentasi rasional.
  2. Berkaitan dengan aqidah imaniah dalam Islam.
  3. Sebuah kajian tentang aqidah Islamiyah yang bersandar pada nalar.

Ruang Lingkup Ilmu Kalam 

Adapun ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup beberapa hal, yaitu: 
  1. Ilahiyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah Swt. seperti wujud Allah Swt., nama-nama Allah Swt dan sifat-sifat Allah Swt., af’al dan lain sebagainya. 
  2. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasulullah, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, karomah dan lain sebagainya. 
  3. Ruhaniyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh, dan lain sebagainya. 
  4. Sam’iyyat, yaitu segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka, dan lain sebagainya.

Sumber-sumber Ilmu Kalam

Semua ilmu pada prinsipnya mempunyai sumber, adapun sumber-sumber ilmu kalam adalah sebagi berikut:

1. Al Qur'an

Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ke-Tuhan-an, di antarannya adalah:
  • Al-Ikhlas (Q.S. al-Ikhlas: 1-4): Menunjukkan bahwa Allah Swt. Maha Esa.
  • Asy-Syura’ (Q.S. asy-Syura’: 11): Menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun di dunia ini. dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
  • Al-Furqan (Q.S. al-Furqan: 59): Menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Penyayang bertahta di atas "Arsy". dan Allah sebagai pencipta langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya.

2. Hadits

Masalah-masalah dalam ilmu kalam juga disinggung dalam beberapa hadits, Diantarannya hadis yang menjelaskan tentang iman, Islam, dan ihsan. Adapula beberapa hadis yang kemudian dipahami sebagian umat sebagai prediksi Rasulullah Saw. mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu kalam, di antaranya: Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Orang-orang Yahudi akan terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan.”. Juga Hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar. Ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Akan menimpa umatku yang pernah menimpa Bani Israil, Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan saja, “Siapa mereka itu, wahai Rasulullah?” tanya para sahabat. Rasulullah Saw. menjawab: “Mereka adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku”. Syaikh Abdul Qadir mengomentari bahwa Hadits yang berkaitan dengan masalah faksi umat ini, yang merupakan salah satu kajian ilmu kalam, mempunyai sanad sangat banyak. Diantara sanad yang sampai kepada Nabi adalah yang berasal dari berbagai sahabat, seperti Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Ad-Darba, Jabir, Abu Said Al-Khudri, Abu Abi Kaab, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abu Ummah, Watsilah bin Al-Aqsa. Adapula pada riwayat yang hanya sampai kepada sahabat. Diantaranya adalah hadits yang mengatakan bahwa umat Islam akan terpecah belah kedalam beberapa golongan. Diantara golongan-golongan itu, hanya satu saja yang benar, sedangkan yang lainnya sesat.

3. Pikiran Manusia

Pendapat Pertama (Pemikiran Manusia dan Al-Qur'an):
  1. Pemikiran manusia merupakan salah satu sumber ilmu kalam yang berasal dari pemikiran umat Islam dan luar umat Islam.
  2. Al-Qur'an mendorong manusia untuk berfikir dan menggunakan akalnya dengan menggunakan redaksi seperti tafakkur, tadabbur, tadzakkur, tafaqqah, nazhar, fahima, ‘aqala, ulul albab, ulul ilm, ulul abshar, dan ulun nuha.
  3. Beberapa ayat Al-Qur'an seperti Q.S. at-Thariq ayat 5-7 memberikan petunjuk tentang penciptaan manusia dari air, tulang sulbi laki-laki, dan tulang dada perempuan.
Pendapat Kedua (Peran Mu'tazilah dalam Dakwah Islam dan Penggunaan Filsafat Yunani):
  1. Golongan Mu'tazilah memusatkan perhatiannya pada dakwah Islam dengan membantah argumentasi orang-orang yang memusuhi Islam.
  2. Mereka tidak menolak lawan-lawannya tanpa mempelajari pendapat-pendapat dan alasan-alasan lawan mereka, sehingga terjadi perdebatan rasional antar agama.
  3. Para mutakallimun, termasuk tokoh Mu'tazilah seperti An-Nadham, memanfaatkan filsafat Yunani, terutama ilmu logika, untuk mengalahkan lawan-lawannya dalam argumen ketuhanan.
  4. Meskipun mempelajari filsafat Aristoteles, beberapa tokoh Mu'tazilah menolak sebagian pendapatnya sesuai dengan keyakinan Islam.
Simpulan:
Pemikiran manusia menjadi sumber ilmu kalam, diperkuat dengan dorongan dari Al-Qur'an untuk berfikir. Golongan Mu'tazilah, dalam peran dakwah Islam, menggunakan rasionalitas dan memanfaatkan filsafat Yunani, khususnya ilmu logika, untuk memahami dan membela keyakinan Islam dalam perdebatan antar agama. Meskipun mereka mempelajari filsafat Yunani, mereka tetap menyesuaikan pendapat mereka sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

4. Insting

Pendapat Pertama (Insting):
Pendapat ini menyajikan pandangan tentang hubungan antara mimpi, insting, dan perkembangan kepercayaan pada roh atau keberadaan Tuhan. Mimpi dianggap sebagai bentuk interaksi roh atau entitas lain, yang memberikan dasar untuk keyakinan pada keberadaan roh dan, secara lebih luas, keberadaan Tuhan. Dari sini, berkembanglah pemujaan terhadap berbagai entitas, termasuk matahari dan benda-benda langit.

Pendapat Kedua (Theologia):
Pendapat ini menyoroti pandangan William L. Reese tentang perkembangan ilmu yang berkaitan dengan ke-Tuhan-an, dikenal sebagai Theologia. Reese mengemukakan bahwa Theologi muncul dari mitos dan berkembang menjadi "theology natural" (teologi alam) serta "revealed theology" (teologi wahyu).

Pendapat Ketiga (Metodologi Ilmu Kalam):
Pendapat ini menjelaskan metodologi yang digunakan oleh Ilmu Kalam, yaitu menggunakan dua metode, yaitu dalil naqli (dalil yang menggunakan nash-nash agama seperti Al-Qur'an dan Hadis Nabi) dan dalil aqli (dalil yang menggunakan argumentasi rasional). Dua corak pemikiran kalam muncul dari penggunaan kedua metode tersebut, yakni pemikiran kalam rasional dan pemikiran kalam tradisional.

Tujuan Ilmu Kalam

  1. Tujuan Ilmu Kalam adalah untuk menolak akidah yang sesat dengan memberikan penjelasan dan membuat garis kritik yang sehat berdasarkan logika. 
  2. Tujuan lainnya adalah memberikan penguatan landasan keimanan melalui pendekatan filosofis dan logis. Dengan demikian, kebenaran Islam tidak hanya dipahami secara dogmatis tetapi juga bisa dipaparkan secara rasional.
  3. Ilmu Kalam bertujuan untuk menguatkan sistem nilai ajaran Islam, yang terdiri dari iman sebagai landasan akidah, Islam sebagai manifestasi syariat, ibadah dan muamalah, serta ihsan sebagai aktualisasi akhlak.
  4. Ilmu Kalam juga bertugas menjawab problematika penyimpangan teologi agama lain yang dapat merusak akidah umat Islam, terutama ketika Islam bersinggung dengan teologi agama lain dalam masyarakat yang heterogen.

Manfaat Ilmu Kalam

1. Memperkuat Dasar Pengetahuan tentang Islam : Studi ilmu kalam memperkuat dasar pengetahuan tentang Islam dengan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai perbedaan antara keimanan dan kesyirikan. Hal ini sejalan dengan ajaran Al-Qur'an yang menekankan pentingnya pengetahuan yang disusun secara sistematis.
Surat Al-A’raf Ayat 52
وَلَقَدْ جِئْنَٰهُم بِكِتَٰبٍ فَصَّلْنَٰهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

2. Tidak Mudah Melenceng dari Ajaran Agama : Ilmu kalam membantu agar seseorang tidak mudah melenceng dari ajaran agama Islam. Dengan memahami konsep-konsep dasar ilmu kalam, seseorang dapat menjaga kesucian keimanan dan menghindari penyimpangan ke arah kesyirikan
Surat Al-Baqarah Ayat 257

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Artinya: Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

3. Dapat Menerapkan secara Konsisten Amalan Islam : Mempelajari ilmu kalam juga berkontribusi pada kemampuan seseorang untuk menerapkan amalan Islam secara konsisten. Keistiqamahan dalam menjalankan perintah Allah menjadi lebih kuat karena didasari oleh pengetahuan yang mendalam tentang keyakinan keagamaan.
Surat Al-Ahqaf Ayat 13
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.

Dengan demikian, memahami dan mempelajari ilmu kalam tidak hanya memberikan pengetahuan teoretis, tetapi juga membentuk dasar keyakinan yang kokoh dan konsisten dalam menjalani kehidupan beragama.

Posting Komentar

0 Komentar