Tantangan Spiritual di Zaman Modern : Tidak Lagi Peduli dengan Ibadah

www.gurukitaa.my.id - Dalam era modern yang begitu sibuk dan penuh distraksi, semakin banyak orang yang terjebak dalam rutinitas dunia yang meninggalkan ibadah dan kehidupan spiritual mereka. Meskipun berbagai kenyamanan dan kemajuan teknologi telah membuat kehidupan kita lebih efisien, kita juga sering kali terlena oleh dunia materialistik yang sibuk dan serba cepat ini. Artikel ini akan menjelaskan tantangan spiritual yang dihadapi oleh masyarakat modern, dengan mengutip ayat-ayat Al-Qur'an, hadis Nabi Muhammad SAW, dan perkataan ulama' yang relevan.

Tantangan Spiritual di Zaman Modern

1. Kesibukan dan Distraksi : Zaman modern penuh dengan kesibukan dan distraksi. Teknologi seperti smartphone dan media sosial membuat kita terus-menerus terpaku pada layar, mengabaikan waktu yang bisa digunakan untuk beribadah. Ayat Al-Qur'an Surat Al-Asr (103:1-3) mengingatkan kita tentang betapanya berharganya waktu.

وَالْعَصْرِۙ, اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ, اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

"Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran." (QS. Al-'Asr : 1-3)

Kesibukan dunia modern harus diimbangi dengan kesadaran akan nilai waktu dalam beribadah.

2. Materialisme dan Konsumerisme : Dorongan untuk terus memenuhi kebutuhan materi sering mengalahkan dorongan spiritual. Al-Qur'an dalam Surat Al-Hadiid (57:20) mengingatkan tentang kefanaan dunia ini.

اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan, dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning. Kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."

Dalam menghadapi godaan materialisme, kita harus selalu mengingat tujuan akhir kita dan pentingnya akhirat.

3. Kurangnya Pengetahuan Agama : Banyak orang modern yang kurang memahami ajaran agama mereka dengan mendalam. Ini membuat mereka cenderung kurang peduli terhadap ibadah dan praktik spiritual. Hadis Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita pentingnya mencari ilmu agama.

عن أبي الدرداء رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «مَنْ سَلَكَ طَريقا يَبْتَغي فيه عِلْما سَهَّل الله له طريقا إلى الجنة، وإنَّ الملائكةَ لَتَضَعُ أجْنِحَتها لطالب العلم رضًا بما يَصنَع، وإنَ العالم لَيَسْتَغْفِرُ له مَنْ في السماوات ومَنْ في الأرض حتى الحيتَانُ في الماء، وفضْلُ العالم على العَابِدِ كَفَضْلِ القمر على سائِرِ الكواكب، وإنَّ العلماء وَرَثَة الأنبياء، وإنَّ الأنبياء لم يَوَرِّثُوا دينارا ولا دِرْهَماً وإنما وَرَّثُوا العلم، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِرٍ».[حسن] - [رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه والدارمي وأحمد]

Dari Abu Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam-, beliau bersabda, "Siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga. Dan sungguh para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu karena senang dengan perbuatannya. Sesungguhnya orang berilmu itu akan dimintakan ampunan oleh (makhluk) yang berada di langit dan di bumi hingga ikan di air. Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, namun mereka hanya mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian yang melimpah." (Hadis hasan - HR. Ibnu Mājah)

Hadis ini secara spesifik menjelaskan keutamaan-keutamaan mencari ilmu: Pertama: Seseorang yang menapaki jalan untuk mencari ilmu atau meneliti keilmuan, meskipun itu dilakukan di dalam rumahnya sendiri maka Allah membalasnya dengan memudahkan jalannya menuju Surga. Menapaki jalan ilmu di sini mencakup jalan yang nyata yang dilewati saat berjalan, juga mencakup jalan maknawi yaitu mencari ilmu dengan jalan bersimpuh di majelis ulama, dan mencarinya di kitab-kitab, karena orang yang menggali buku-buku untuk mengetahui hukum suatu permasalahan agama atau duduk di hadapan seorang sykeh untuk belajar, maka sesungguhnya dia telah termasuk mencari ilmu meskipun dengan cara duduk. Di antara keutamaan yang disebutkan dalam hadis ini adalah bahwa ulama senatiasa didoakan oleh penghuni langit dan penghuni bumi, bahkan ikan-ikan di lautan dan binatang-binatang melata di daratan turut mendoakannya. Di antara keutamaannya juga adalah bahwa para malaikat yang dimuliakan oleh Allah akan meletakkan sayap-sayapnya untuk dilewati pencari ilmu karena senang dengan perbuatan mereka sebagai bentuk tawaduk dan pengagungan terhadap ilmu dan ahli ilmu. Di antaran keutamaan yang disebutkan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- dalam hadis ini: bahwa para ulama adalah ahli waris para Nabi; di mana mereka mewarisi ilmu sekaligus pengamalannya, juga mewarisi aktifitas dakwah mereka kepada Allah -'Azzā wa Jallā- dan misi penjelasan petunjuk kepada manusia agar mereka mendapatkan petunjuk Allah dan agama-Nya. Termasuk keutamaannya juga bahwa kelebihan seorang alim di atas orang ahli ibadah bagaikan kelebihan bulan purnama yang mengalahkan bintang-bintang langit lainnya, karena cahaya yang terpancar dari ibadah dan kesempurnaannya hanya berhenti pada pribadi pelakunya, tidak sampai ke orang lain, sehingga cahayanya laksana cahaya bintang-bintang langit. Adapun cahaya ilmu dan kesempurnaannya, maka bisa sampai ke orang lain sehingga diapun terpancari cahaya. Nabi -ṣallallāhu 'alahi wa sallam- lalu menjelaskan bahwa para Nabi tidak mewariskan harta dunia untuk generasi sepeninggal mereka, mereka tidak meninggalkan warisan berupa dinar ataupun dirham, namun warisan mereka yang paling agung adalah ilmu; maka barangsiapa yang bisa mengambilnya maka ia telah mengambil suatu bagian yang sempurna sebab ia merupakan warisan yang hakiki lagi bermanfaat. Seseorang tidak boleh mengira bahwa seorang alim yang diutamakan (dalam hadis ini) sama sekali tidak beramal ibadah dan seorang ahli ibadah tersebut sama sekali tidak berilmu, akan tetapi (perbedaan keduanya) adalah ilmu sang alim mengalahkan amalnya dan ibadah sang ahli ibadah mengalahkan ilmunya. Karenanya, ulama disebut pewaris Nabi yang mendapatkan dua kebaikan; ilmu dan amal. Dan juga mendapatkan dua keutamaan; kesempurnaan dan penyempurnaan. Inilah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang arif dan dekat kepada Allah.

Keterampilan belajar dan memahami agama menjadi penting untuk memperdalam iman kita.

4. Individualisme yang Berlebihan: Masyarakat modern sering mendorong individualisme yang berlebihan, sehingga kita lebih fokus pada keinginan pribadi kita daripada berkontribusi pada komunitas. Al-Qur'an dalam Surat Al-Hashr (59:18-19) mengajak kita untuk memperhatikan kepentingan bersama.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ 

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

 وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik."

Kesadaran sosial dan kepedulian terhadap sesama dapat memperkuat ikatan spiritual kita.

Mengatasi Tantangan Spiritual

1. Prioritaskan Ibadah : Jadwalkan waktu ibadah dengan tekun, seperti shalat, dzikir, dan tilawah Al-Qur'an. Buat komitmen untuk menjaga waktu ini dari gangguan.

2. Pahami Nilai Spiritual : Pelajari dan pahami nilai-nilai Islam dengan mendalam. Ikuti kelas agama, baca literatur Islami, dan konsultasikan pertanyaan agama Anda kepada ulama'.

3. Berbagi dengan Sesama : Aktif dalam kegiatan sosial dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan adalah cara yang baik untuk mengatasi keserakahan dan individualisme.

4. Self-Control : Pelajari seni kendali diri untuk mengendalikan keinginan dunia dan materialisme yang berlebihan.

5. Komunitas Beriman : Bergabung dengan komunitas Muslim yang berfokus pada pertumbuhan spiritual dan bersama-sama mendukung satu sama lain dalam menjalankan ibadah.

اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا 

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.”

Tidak lagi peduli dengan ibadah adalah tantangan nyata di zaman modern ini, namun dengan kesadaran, pengetahuan, dan komitmen, kita dapat mengatasi tantangan ini dan memperkuat hubungan spiritual kita dengan Allah SWT. Semoga kita semua dapat menjadi muslim yang lebih sadar akan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

Posting Komentar

0 Komentar